Rabu, 23 Juli 2014

BI: Penyaluran Kredit Baru Makin Ketat



Selasa 15 Juli 2014,Bank Indonesia (BI) dalam Survei Perbankan Triwulan II 2014 melaporkan, perbankan semakin ketat dalam penyaluran kredit. Ini terlihat dari kenaikan persentase aplikasi pengajuan kredit baru yang ditolak menjadi 12,9 persen, lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 12,1 persen. Lebih lanjut, sejalan dengan hal tersebut, suku bunga dana diperkirakan meningkat dan berdampak pada kenaikan suku bunga kredit pada kuartal III. Responden memperkirakan rata-rata suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi pada kuartal III 2014 akan naik masing-masing 29 basis poin, 26 basis poin, dan 4 basis poin.

Pertumbuhan kredit baru tercatat kembali menguat pada kuartal II 2014. Hal ini dapat terlihat dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasik Survei Perbankan Triwulan II 2014 sebesar 87,9 persen, lebih tinggi 21,7 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

Sumber : Kompas

BI Awasi Bank yang Beri Bunga Simpanan Tinggi



Jumat 4 Juli 2014, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memantau peningkatkan suku bunga simpanan pada perbankan. Pasalnya, bunga simpanan yang tinggi membahayakan bank dari sisi kenaikan rasio kenaikan macet atau non performing loan (NPL) karena bunga kredit akan ikut naik, serta penurunan margin. Bank-bank yang memberikan bunga simpanan tinggi juga harus merelakan penurunan margin, karena bunga simpanan tinggi tidak diimbangi dengan kenaikan bunga kredit. "Beberapa margin bank akan tertekan, jika mereka tidak mau menurunkan suku bunga deposito," tambahnya.
Hendrawan Danusaputra, Direktur Institusional Banking Bank Pan Indonesia (Panin), menuturkan, pihaknya akan menjaga rasio margin sebesar 4 persen pada akhir tahun, atau naik dari posisi saat ini sebesar 3,8 persen. Adapun laba diproyeksikan tumbuh 5 persen sampai 10 persen.

Sumber : kompas

Wapres Boediono Tak Setuju dengan Majelis Hakim soal FPJP Bank Century



Wakil Presiden RI Boediono tidak setuju dengan putusan Majelis Hakim Tindak Pidana Korupsi terkait mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya, yang mengatakan bahwa pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) kepada Bank Century merupakan perbuatan melawan hukum. Hal itu disampaikan Boediono melalui juru bicaranya, Yopie Hidayat, lewat pesan singkat kepada wartawan, Kamis (17/7/2014). Dalam pesan tersebut, dia mengatakan, Boediono berpendapat bahwa kebijakan pemberian FPJP adalah tindakan yang harus diambil untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia. Dewan Gubernur BI bertindak berdasarkan Perppu yang menyebutkan adanya kegentingan yang memaksa.
Hakim menyatakan, pemberian FPJP kepada Bank Century tidak berdasarkan iktikad baik karena tidak dilakukan dengan analisis mendalam. Bank Century tetap diberikan FPJP padahal tidak memenuhi persyaratan mendapat FPJP.Pemberian FPJP itu pun, menurut hakim, bertujuan untuk menyelamatkan dana Yayasan Kesejahteraan Karyawan (YKK) BI. Berdasarkan fakta persidangan, hakim menyatakan pemberian FPJP juga tidak terkait untuk mencegah krisis global. Kesulitan likuiditas Bank Century dinilai karena adanya masalah di bank tersebut sejak tahun 2005.

Sumber : Kompas

Lebaran, BI Malang Siapkan Uang Pecahan Rp 2,7 T



Sabtu 28 juni 2014 berdasarkan kompas yang saya baca, Bank Indonesia kantor perwakilan Malang menyiapkan uang pecahan baru senilai Rp 2,7 triliun. Uang pecahan tersebut disiapkan untuk mengantisipasi ramainya penukaran uang menjelang Lebaran. Penukaran uang dilayani pada 10 Juli hingga 24 Juli 2-14 di kantor Bank Indonesia, Jalan Merdeka Utara, Malang. Pelaku perbankan, kata Edi, bisa melayani seluruh masyarakat, tak hanya nasabah bank yang bersangkutan. Warga Malang juga diminta tak menukarkan uang di jalanan karena rawan terjadi penyimpangan, seperti peredaran uang palsu.Tahun lalu ditemukan1.400-an lembar uang palsu pecahan Rp 100.000. Uang palsu tersebut disita kepolisian sebagai barang bukti. Selama ini, kata Edy, Bank Indonesia juga sering melakukan sosialisasi ciri-ciri uang asli agar masyarakat tak tertipu oleh beredarnya uang palsu.
 
Sumber : Kompas

Kepemilikan Saham Kini Bisa Dicek Lewat ATM



selasa  15 Juli 2014 berdasarkan tempo yang saya baca,PT Bank Permata Tbk dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia meluncurkan co-branding Permata ATM dan AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) KSEI dalam bentuk kartu anjungan tunai mandiri. Fasilitas AKSes ini telah terintegrasi dengan fasilitas ATM bank. Program co-branding ini menghubungkan infrastruktur pasar modal melalui AKSes atau Single Identification (SID) investor ke jaringan perbankan nasional. Selain melalui ATM, layanan ini dapat diakses melalui Internet banking dan mobile banking. Syarat untuk mendapatkan fasilitas itu relatif mudah, yakni dengan menjadi nasabah dan memiliki rekening tabungan Bank Permata agar memperoleh kartu ATM. Selain itu, investor harus mempunyai Rekening Dana Nasabah yang dibuka oleh perusahaan efeknya di Bank Permata. Setelah melakukan registrasi di ATM, investor dapat mengakses segala informasi data saldo efek dan dana yang tercatat di KSEI melalui menu ATM.

Sumber : Tempo

CT: Indonesia Mesti Punya Bank Terbesar di ASEAN



selasa  15 Juli 2014 berdasarkan tempo yang saya baca,Pria yang biasa dipanggil CT itu berujar bahwa Indonesia berpotensi memiliki bank besar dengan nilai aset besar. Sedikitnya seratus bank lokal berada di Tanah Air. Namun bank lokal itu masih belum cukup kuat untuk bersaing di tingkat kawasan. Karena itu, ia berharap bank-bank lokal bersedia melakukan merger atau penggabungan agar terbentuk satu institusi keuangan dengan modal yang besar. Menurut dia, bank-bank lokal harus segera berbenah menyambut era perdagangan bebas di kawasan ASEAN yang akan dimulai tahun depan. Saat ini pemimpin pangsa pasar perbankan tingkat ASEAN masih dipegang perbankan dari Singapura. Sedangkan Indonesia yang memiliki produk domestik terbesar justru jauh di bawahnya.
Saat ini tiga perbankan yang memiliki modal paling besar di ASEAN berasal dari Singapura, yakni DBS dengan jumlah modal US$ 26,5 miliar, diikuti dengan UOB US$ 19,2 miliar, dan OCBC dengan modal US$ 18 miliar. Adapun dari sisi kapitalisasi pasar, bank terbesar di ASEAN adalah DBS asal Singapura dengan nilai US$ 33,1 miliar dan diikuti oleh OCBC dengan nilai US$ 27,7 miliar. Sedangkan dari sisi aset, tiga bank Singapura juga menempati tiga besar di ASEAN, yaitu DBS dengan aset US$ 318,4 miliar, OCBC dengan aset US$ 268,1 miliar, dan UOB dengan aset US$ 225,2 miliar.

Sumber : tempo