Nama Pulau Penyengat sendiri berasal dari
cerita masa lalu yaitu saat para pelaut menjadikan pulau ini sebagai tempat
persinggahan dan untuk mengambil air tawar yang ada di pulau ini. Saat
mengambil air tawar tersebut, mereka di serang oleh semacam lebah yang disebut
mereka "penyengat", kejadian itu menimbulkan korban jiwa. Sejak peristiwa
itu pulau ini disebut Pulau Penyengat atau Pulau Penyengat Indera Sakti.
Pulau yang berukuran 2.500 meter X 750
meter ini merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kepulauan Riau.
Salah satu objek yang wajib kita kunjungi adalah Masjid Raya Sultan Riau. Masjid
ini tidak menggunakan semen sama sekali untuk perekatnya, hanya menggunakan
putih telur, kapur dan tanah liat.
Masjid berwarna kuning ini dibangun mas
kawin Sultan Mahmud kepada calon istrinya yaitu Engku Putri Raja Hamidah. Pada
awal pembangunannya tahun 1803, masjid ini tidak sekokoh seperti sekarang.
Bangunan masjid ini awalnya berbahan dari
kayu, namun pada tahun 1832 pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau VII
Raja Abdul Rahman, masjid ini direnovasi. Renovasi masjid ini bertujuan agar
lebih banyak lagi jamaah yang bisa ditampung di dalam masjid. Sekarang masjid
ini memiliki panjang 19,80 meter dan lebar 18 meter, ditopang oleh 4 pilar dan
13 kubah bulat, yang mampu menampung 3.000 jamaah.
Masuk ke dalam masjid, pengunjung akan
melihat kitab suci Al Quran tulisan tangan dan dua lemari perpustakaan Kerajaan
Riau-Lingga dengan pintu berukir kaligrafi di kiri dan kanannya.
Puas menikmati keindahan masjid ini, kita
bisa mengelilingi pulau ini dengan menggunakan becak motor dengan biaya sewa Rp
25.000/jam. Kita akan dibawa ke beberapa tujuan lainnya seperti makam Engku
Putri Raja Hamidah, makam Raja Haji Fisabilillah, makam Raja Jakfar, Istana Kantor, dan Balai Adat Indra Perkasa, tempat sumber mata air di pulau ini. Sama
halnya Masjid Raya Sultan Riau, komplek makam raja-raja tersebut di dominasi
warna kuning, yang menjadi simbol kejayaan Melayu kala itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar